Minggu, 16 Oktober 2011

Kenapa Bukan Aku?

Diposting oleh Lulu Als di 16.11
Pagi itu, aku membuka mataku. Matahari sudah menampakkan sinarnya yang hangat. Aku melirik kalender yang berada tepat di sebelah kiri tempat tidurku. Minggu, 09 Oktober 2011. Aku terbelalak kaget. Disana terdapat bulatan merah. Biasanya, jika ada sesuatu hal yang penting, aku selalu memberi tanda di kalenderku. “Hmm.. Ada apa ya, dengan hari ini?” kataku dalam hati. Aku mencoba mengingatnya, sambil menatap kosong dinding kamarku yang berwarna biru. “Oh, ya! Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Bandung untuk olimpiade geografi!” kataku dalam hati. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku, keluar kamar, dan mengambil air wudhu.
            Ya, aku adalah 1 dari 70 peserta final olimpiade geografi yang sudah melalui tahap seleksi daerah 3 minggu silam. Waktu itu, dadaku hampir meledak saat melihat namaku berada di daftar peserta final. Dan hari ini, aku harus bersiap untuk ‘bertarung’ kembali dengan para peserta lainnya.
            Setelah mengambil air wudhu, aku langsung shalat dan mandi. Setelah berpakaian, aku sarapan ditemani ibu dan adikku. “Teh, bagaimana, sudah siap?” kata ibuku. “Ya.. Begitulah.. Insya Alloh,” jawabku sambil mengunyah nasi goreng yang menjadi santapan pagiku. “Nanti jam 8 kita berangkat ya,” kata ibuku lagi. Aku mengangguk, sambil meneruskan melahap sarapanku.
            Selesai sarapan, aku mengemas barang-barangku yang akan kubawa ke Bandung. Baju-baju, alat tulis, dan yang paling penting, buku IPS-ku. Setelah selesai mengemas barang-barang, aku keluar kamar. Ternyata ibuku sudah menunggu diluar. “Cepat, Teh! Bu Uyun sudah menunggu di sekolah!” kata ibuku. “Iya, Bu!” jawabku sambil mengikat tali sepatuku. Kami pun segera berangkat ke sekolah, karena kami akan berangkat dari sana.
            Benar saja, saat tiba di sekolah, Bu Uyun, guru IPS di sekolahku, sudah menunggu. Sekarang tinggal menunggu Hesti, temanku yang sama-sama mengikuti olimpiade geografi itu. Tak lama kemudian, Hesti pun datang. Dan kami berempat pun berangkat ke Bandung.
            Hari beranjak siang. Saat itu, kami masih di perjalanan. Macet. Itulah yang menggambarkan suasana di jalan ini. Karena kesal, aku mengeluarkan buku IPS dari ranselku. Aku memanfaatkan waktuku untuk membaca kembali buku IPS-ku. Sand dune, kondensasi, teori Junghun, dan banyak istilah-istilah lainnya. “Bosan,” kataku dalam hati. Belum sampai 10 menit aku membaca, mataku sudah terasa berat. Huh, memang sudah kebiasaan, kalau membaca pasti bawaannya mengantuk. Aku pun memutuskan untuk memejamkan mataku kembali.
            Pukul 1 siang, kami tiba di Universitas Pendidikan Indonesia. Disanalah aku akan mengikuti olimpiade geografi itu. Setelah sampai disana, kami menuju sebuah gedung tempat Technical Meeting Olimpiade Geografi dilaksanakan. Kami tidak sempat menuju ke penginapan, karena takutnya terlambat ikut technical meeting, repot juga.
            Saat tiba di gedung itu, ternyata sudah banyak orang. Glek! Aku menelan ludah melihat peserta lainnya yang kelihatannya orang intelek semua. Mataku menangkap beberapa orang yang sedang membaca, “Wah, rajin banget sih, sampai-sampai di saat seperti ini masih membaca,” kataku dalam hati. Tapi, aku tidak terlalu peduli. Aku dan temanku, Hesti, langsung menempati tempat duduk yang disediakan di gedung itu. Technical meeting berlangsung sekitar 90 menit. Pelaksanaan olimpiadenya besok, lumayanlah bisa menghafal lagi.
            Setelah selesai mengikuti technical meeting, kami menuju ke penginapan. Kami menginap di Dormitory. Letaknya tidak jauh dari gedung tadi. Jadi, kami menempuhnya dengan berjalan kaki. Tiba di penginapan, aku langsung merebahkan badanku yang lelah di kasur. Tanpa sadar, aku terlelap ke dalam dunia mimpiku.
            “Hei! Bangun!”. Aku mendengar suara yang tampaknya tidak asing lagi bagiku, yang memaksaku untuk membuka mataku. Aku terperanjat. Aku ingat persis ini hari apa. Hari Senin, 10 Oktober 2011. Dan hari ini.. adalah pelaksanaan olimpiade geografi. Dengan langkah gontai, aku menuju kamar mandi. Mataku sembab, mungkin karena kemarin tidur terlalu malam. Ya, waktu malam, aku menghafal. Sudah kebiasaanku pakai SKS, sistem kebut semalam. Setelah mandi, aku sholat Subuh dan sarapan, lalu bersiap ke gedung FPIPS UPI, tempat aku ‘bertarung’.
            Sampai di gedung FPIPS, para peserta harus mengikuti pembukaan di ruang Auditorium. Sebelum masuk kesana, Bu Uyun memberikan pengarahan kepadaku dan Hesti. “Hati-hati ya, dalam mengerjakan soalnya. Dan kalian harus yakin bahwa kalian bisa,” pesan Bu Uyun. “Iya, Bu. Insya Alloh,” jawabku dan Hesti. Aku dan Hesti pun memasuki ruangan itu. Pembukaanya lama sekali, sekitar 1 jam. Hesti memanfaatkan waktu itu untuk membaca. Dan kulihat, banyak juga peserta lain yang membaca. Tapi aku? Bukuku ku tinggal di penginapan. Hmm.. Aku hanya memperhatikan sambutan-sambutan saja, sambil mengingat-ingat kembali materi yang aku baca kemarin.
            Selesai pembukaan, aku, Hesti, dan peserta lainnya memasuki ruang ujian. Deg! Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Baru kali ini aku mengikuti olimpiade yang mencakup region provinsi. Biasanya sih, di kabupaten saja. Tapi aku mencoba untuk tenang. Sebelum masuk ruang ujian, aku dan Hesti meminta do’a dulu kepada ibuku dan Bu Uyun. “Semoga lancar, ya,” kata Bu Uyun. “Semoga diberi kemudahan, ya,” kata ibuku. Setelah itu, aku dan Hesti memasuki ruang ujian.
            150 menit telah berlalu. Menyimpan rasa ragu dalam hatiku. 100 soal yang disediakan, tidak kuselesaikan dengan sempurna. Dan sekarang, aku harus mengumpulkan lembar jawabanku. Tak apalah, pasrah saja, fikirku. Semua peserta sudah meninggalkan ruang ujian. Detak jantungku semakin tak menentu, karena sekarang adalah saatnya menunggu pengumuman pemenang.
            Pukul 2 siang. Saatnya pengumuman. Aku mencoba untuk tenang. Huh, sialnya, kali ini hatiku tak bisa diajak kompromi. Bisa dibilang kali ini aku sedang harap-harap cemas. Mungkin peserta lainnya juga merasakan hal yang sama. Yap! Sekarang MC sudah berada di podium untuk membacakan pemenang. Pemenang dibacakan dari juara harapan 2, dan bukan namaku yang disebut. Harapan 1, juara 3, juara 2, namaku belum juga disebut. “Juara 1.. Berasal dari Garut!” Mendengar itu, aku, Hesti, ibuku, dan Bu Uyun langsung bersorak gembira. Tapi tunggu! Wakil dari Garut ada 3! “Juara 1, jatuh kepada.. Jovi dari SMP Daya Susila Garut!” kata MC. Aku langsung terduduk. “Kenapa bukan aku?” kataku dalam hati. Kecewa, kesal, amarah. Semua ada dalam benakku. Tapi aku mencoba agar air mataku tidak jatuh. Aku menarik napas, ikhlaskan, fikirku. Aku sadar, air mata takkan mengubah hasil olimpiade itu.
            Matahari mulai menyembunyikan dirinya di ufuk barat. Andai aku bisa seperti matahari, menyembunyikan kesedihanku. Tapi entahlah, aku hanya bisa mengambil hikmah di balik semua ini. Aku melangkahkan kakiku. Diiringi hembusan angin yang membuat daun-daun berguguran. Tapi, semangatku tidak mudah gugur. Aku yakin aku bisa, tapi sekarang mungkin belum waktunya.

0 komentar on "Kenapa Bukan Aku?"

Posting Komentar

Minggu, 16 Oktober 2011

Kenapa Bukan Aku?

Pagi itu, aku membuka mataku. Matahari sudah menampakkan sinarnya yang hangat. Aku melirik kalender yang berada tepat di sebelah kiri tempat tidurku. Minggu, 09 Oktober 2011. Aku terbelalak kaget. Disana terdapat bulatan merah. Biasanya, jika ada sesuatu hal yang penting, aku selalu memberi tanda di kalenderku. “Hmm.. Ada apa ya, dengan hari ini?” kataku dalam hati. Aku mencoba mengingatnya, sambil menatap kosong dinding kamarku yang berwarna biru. “Oh, ya! Hari ini adalah hari keberangkatanku ke Bandung untuk olimpiade geografi!” kataku dalam hati. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku, keluar kamar, dan mengambil air wudhu.
            Ya, aku adalah 1 dari 70 peserta final olimpiade geografi yang sudah melalui tahap seleksi daerah 3 minggu silam. Waktu itu, dadaku hampir meledak saat melihat namaku berada di daftar peserta final. Dan hari ini, aku harus bersiap untuk ‘bertarung’ kembali dengan para peserta lainnya.
            Setelah mengambil air wudhu, aku langsung shalat dan mandi. Setelah berpakaian, aku sarapan ditemani ibu dan adikku. “Teh, bagaimana, sudah siap?” kata ibuku. “Ya.. Begitulah.. Insya Alloh,” jawabku sambil mengunyah nasi goreng yang menjadi santapan pagiku. “Nanti jam 8 kita berangkat ya,” kata ibuku lagi. Aku mengangguk, sambil meneruskan melahap sarapanku.
            Selesai sarapan, aku mengemas barang-barangku yang akan kubawa ke Bandung. Baju-baju, alat tulis, dan yang paling penting, buku IPS-ku. Setelah selesai mengemas barang-barang, aku keluar kamar. Ternyata ibuku sudah menunggu diluar. “Cepat, Teh! Bu Uyun sudah menunggu di sekolah!” kata ibuku. “Iya, Bu!” jawabku sambil mengikat tali sepatuku. Kami pun segera berangkat ke sekolah, karena kami akan berangkat dari sana.
            Benar saja, saat tiba di sekolah, Bu Uyun, guru IPS di sekolahku, sudah menunggu. Sekarang tinggal menunggu Hesti, temanku yang sama-sama mengikuti olimpiade geografi itu. Tak lama kemudian, Hesti pun datang. Dan kami berempat pun berangkat ke Bandung.
            Hari beranjak siang. Saat itu, kami masih di perjalanan. Macet. Itulah yang menggambarkan suasana di jalan ini. Karena kesal, aku mengeluarkan buku IPS dari ranselku. Aku memanfaatkan waktuku untuk membaca kembali buku IPS-ku. Sand dune, kondensasi, teori Junghun, dan banyak istilah-istilah lainnya. “Bosan,” kataku dalam hati. Belum sampai 10 menit aku membaca, mataku sudah terasa berat. Huh, memang sudah kebiasaan, kalau membaca pasti bawaannya mengantuk. Aku pun memutuskan untuk memejamkan mataku kembali.
            Pukul 1 siang, kami tiba di Universitas Pendidikan Indonesia. Disanalah aku akan mengikuti olimpiade geografi itu. Setelah sampai disana, kami menuju sebuah gedung tempat Technical Meeting Olimpiade Geografi dilaksanakan. Kami tidak sempat menuju ke penginapan, karena takutnya terlambat ikut technical meeting, repot juga.
            Saat tiba di gedung itu, ternyata sudah banyak orang. Glek! Aku menelan ludah melihat peserta lainnya yang kelihatannya orang intelek semua. Mataku menangkap beberapa orang yang sedang membaca, “Wah, rajin banget sih, sampai-sampai di saat seperti ini masih membaca,” kataku dalam hati. Tapi, aku tidak terlalu peduli. Aku dan temanku, Hesti, langsung menempati tempat duduk yang disediakan di gedung itu. Technical meeting berlangsung sekitar 90 menit. Pelaksanaan olimpiadenya besok, lumayanlah bisa menghafal lagi.
            Setelah selesai mengikuti technical meeting, kami menuju ke penginapan. Kami menginap di Dormitory. Letaknya tidak jauh dari gedung tadi. Jadi, kami menempuhnya dengan berjalan kaki. Tiba di penginapan, aku langsung merebahkan badanku yang lelah di kasur. Tanpa sadar, aku terlelap ke dalam dunia mimpiku.
            “Hei! Bangun!”. Aku mendengar suara yang tampaknya tidak asing lagi bagiku, yang memaksaku untuk membuka mataku. Aku terperanjat. Aku ingat persis ini hari apa. Hari Senin, 10 Oktober 2011. Dan hari ini.. adalah pelaksanaan olimpiade geografi. Dengan langkah gontai, aku menuju kamar mandi. Mataku sembab, mungkin karena kemarin tidur terlalu malam. Ya, waktu malam, aku menghafal. Sudah kebiasaanku pakai SKS, sistem kebut semalam. Setelah mandi, aku sholat Subuh dan sarapan, lalu bersiap ke gedung FPIPS UPI, tempat aku ‘bertarung’.
            Sampai di gedung FPIPS, para peserta harus mengikuti pembukaan di ruang Auditorium. Sebelum masuk kesana, Bu Uyun memberikan pengarahan kepadaku dan Hesti. “Hati-hati ya, dalam mengerjakan soalnya. Dan kalian harus yakin bahwa kalian bisa,” pesan Bu Uyun. “Iya, Bu. Insya Alloh,” jawabku dan Hesti. Aku dan Hesti pun memasuki ruangan itu. Pembukaanya lama sekali, sekitar 1 jam. Hesti memanfaatkan waktu itu untuk membaca. Dan kulihat, banyak juga peserta lain yang membaca. Tapi aku? Bukuku ku tinggal di penginapan. Hmm.. Aku hanya memperhatikan sambutan-sambutan saja, sambil mengingat-ingat kembali materi yang aku baca kemarin.
            Selesai pembukaan, aku, Hesti, dan peserta lainnya memasuki ruang ujian. Deg! Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Baru kali ini aku mengikuti olimpiade yang mencakup region provinsi. Biasanya sih, di kabupaten saja. Tapi aku mencoba untuk tenang. Sebelum masuk ruang ujian, aku dan Hesti meminta do’a dulu kepada ibuku dan Bu Uyun. “Semoga lancar, ya,” kata Bu Uyun. “Semoga diberi kemudahan, ya,” kata ibuku. Setelah itu, aku dan Hesti memasuki ruang ujian.
            150 menit telah berlalu. Menyimpan rasa ragu dalam hatiku. 100 soal yang disediakan, tidak kuselesaikan dengan sempurna. Dan sekarang, aku harus mengumpulkan lembar jawabanku. Tak apalah, pasrah saja, fikirku. Semua peserta sudah meninggalkan ruang ujian. Detak jantungku semakin tak menentu, karena sekarang adalah saatnya menunggu pengumuman pemenang.
            Pukul 2 siang. Saatnya pengumuman. Aku mencoba untuk tenang. Huh, sialnya, kali ini hatiku tak bisa diajak kompromi. Bisa dibilang kali ini aku sedang harap-harap cemas. Mungkin peserta lainnya juga merasakan hal yang sama. Yap! Sekarang MC sudah berada di podium untuk membacakan pemenang. Pemenang dibacakan dari juara harapan 2, dan bukan namaku yang disebut. Harapan 1, juara 3, juara 2, namaku belum juga disebut. “Juara 1.. Berasal dari Garut!” Mendengar itu, aku, Hesti, ibuku, dan Bu Uyun langsung bersorak gembira. Tapi tunggu! Wakil dari Garut ada 3! “Juara 1, jatuh kepada.. Jovi dari SMP Daya Susila Garut!” kata MC. Aku langsung terduduk. “Kenapa bukan aku?” kataku dalam hati. Kecewa, kesal, amarah. Semua ada dalam benakku. Tapi aku mencoba agar air mataku tidak jatuh. Aku menarik napas, ikhlaskan, fikirku. Aku sadar, air mata takkan mengubah hasil olimpiade itu.
            Matahari mulai menyembunyikan dirinya di ufuk barat. Andai aku bisa seperti matahari, menyembunyikan kesedihanku. Tapi entahlah, aku hanya bisa mengambil hikmah di balik semua ini. Aku melangkahkan kakiku. Diiringi hembusan angin yang membuat daun-daun berguguran. Tapi, semangatku tidak mudah gugur. Aku yakin aku bisa, tapi sekarang mungkin belum waktunya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lulu Asmi L S Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting